Bagi sebagian orang, novel bergenre fiksi fantasi kerap kali dianggap sebagai bacaan yang tidak berbobot dan omong kosong belaka.
Namun, tudingan tersebut tampaknya tidak berlaku bagi John Ronald Reuel Tolkien atau atau JRR Tolkien.
Orang-orang yang sudah pernah membaca karya Tolkien pasti memahami bahwa cerita fantasi mampu menginspirasi dan mengubah dunia.
Tolkien dikenal dengan model penulisan dan imajinasi fantasi lanjutan atau high-fantasy.
Karyanya berulang kali menjadi publikasi yang fenomenal dan epik, bahkan beberapa sudah diangkat menjadi film dan menjuarai pasar film di dunia.
Sebut saja, kisah The Lord of The Rings dan The Hobbit yang melegenda.
Bahkan, merujuk laman TL Branson, gabungan karya-karya tulis Tolkien telah terjual sebanyak 600 juta kopi di seluruh dunia.
Sementara itu, merujuk catatan Box Office Mojo, total keseluruhan pendapatan film yang dibuat berdasarkan karya Tolkien, seperti trilogi film The Lord of The Rings dan The Hobbit mencapai 5,9 juta dolar Amerika atau setara dengan Rp 88.3 triliun.
Berkat pencapaian dan warisannya tersebut, situs web DW dan Majalah Babbel sampai menyebut JRR Tolkien sebagai Bapak Fantasi dan Penulis Paling Berpengaruh di Abad ke-20.
Namun, sedikit orang yang tahu bahwa Tolkien memiliki kecintaan yang besar dengan ilmu bahasa.
Sampai-sampai, beberapa situs menduga bahwa bahasa ciptaannya tersebut juga digunakan sebagai bahasa komunikasi para kurcaci dan peri dalam novelnya The Lord of The Rings.
Laman Babbel menuliskan bahwa salah satu bahasa yang pernah diciptakan oleh Tolkien bernama bahasa Elfin.
Namun, seiring eksplorasinya ia mengganti nama bahasa tersebut menjadi bahasa Quenya.
Tolkien diketahui terinspirasi untuk menciptakan bahasa Quenya setelah bertemu dan belajar bahasa Finlandia.
Alhasil, sejak tahun 1910 hingga beberapa dekade berikutnya, Tolkien menyusun fondasi dan tata bahasa atau grammar untuk bahasa Quenya.
Selain itu, merujuk pada catatan laman Life Hacker Tolkien juga diketahui sempat mengembangkan bahasa Elvish, yaitu bahasa komunikasi untuk peri.
Bukannya mengkhayal dan sekadar menciptakan bahasa fiksi, Elvish benar-benar dirancang dengan baik oleh Tolkien mulai dari dialek hingga tata penulisannya.
Salah satu rekaman dan bukti digital kepiawaian Tolkien dalam menciptakan bahasa dapat dilihat pada YouTube dengan video berjudul JRR Tolkien Talks about Languages yang diunggah kanal bernama Sidh Aniron.
Riwayat Pendidikan Tolkien Kehebatan Tolkien dalam ilmu bahasa memang tidak dapat dilepaskan dari latar belakang pendidikannya.
Dalam video di atas, Tolkien mengeklaim bahwa ia telah jatuh cinta dan mulai bereksplorasi untuk menciptakan ragam bahasa sejak umur 13 atau 14 tahun.
Sementara itu, mengutip catatan Britannica, Tolkien juga diketahui sempat mengenyam pendidikan tinggi di King Edward’s School di Birmingham dan Exeter College, Oxford.
Di sini, Tolkien meraih gelar Bachelor of Arts pada tahun 1915 dan Master of Arts pada tahun 1919.
Pada tahun-tahun berikutnya, ia juga diketahui sempat menjadi staf bagi The Oxford English Dictionary atau yang dikenal juga dengan nama The New English Dictionary.
Berdasarkan beberapa catatan historis, JRR Tolkien diketahui menghabiskan masa hidupnya dengan mengajar topik-topik terkait bahasa dan sastra hingga dijuluki sebagai filolog dan pakar untuk bahasa Inggris kuno abad pertengahan.
ACHMAD HANIF IMADUDDIN Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.